PPI di Stadion Mandala Krida

PPI di Stadion Mandala Krida
Pleton Putri SMA SABA

Senin, 04 April 2011

TEKNOLOGI HIJAU SEBAGAI SOLUSI BIJAK UNTUK MENGATASI KRISIS ENERGI


Oleh: Intan Kirana

Tsunami yang terjadi satu jam setelah gempa laut Sendai pada Jumat 11 Maret 2011 pukul 14:46 mengakibatkan PLTN Fukushima Daiichi menjadi ancaman radiasi nuklir yang berbahaya. Meskipun belum mencapai 7 skala INES seperti di Chernobyl, namun 4 skala INES yang kemudian meningkat menjadi 5 skala INES pada tanggal 18 Maret 20111) merupakan ancaman bagi manusia. Bukan saja penduduk sekitar Fukhusima yang terancam. Seluruh penduduk di dunia ini terancam.

Di Jerman jejak radiasi akibat meledaknya reaktor Fukushima juga telah terdeteksi.2) Sementara itu materi radiasi berupa iodine 131 dan xenon 133 juga terdeteksi di Cina dan Las Vegas Nevada.3) Radiasi Fukushima tidak saja membahayakan manusia secara langsung tetapi juga menimbulkan kontaminasi pada tanaman dan hewan yang dikonsumsi manusia. Sayuran dan susu yang diproduksi di Ibaraki dekat Fukushima dipastikan terkontaminasi radiasi.4) Demikian pula air tanah maupun air laut. Radiasi air laut Jepang meningkat hingga mencapai 4.385 kali lebih tinggi dari standar aman.5) Sementara sampai saat ini pemerintah Jepang bersama ahli nuklir sedunia belum berhasil untuk mengatasi kerusakan reaktor Daichi tersebut. Dan kita semua was-was akan paparan radioaktif yang terus meningkat dan menyebar.

Bencana Fukushima ini menggugah trauma kita pada malapetaka Chernobyl yang terjadi pada tanggal 26 April 1986. Menurut catatan Greenpeace lebih dari 200.000 nyawa melayang dalam bencana yang mencapai 7 skala INES itu.6) Dan siksaan ini masih berlanjut sampai kurun waktu yang panjang bagi korban-korban cacat fisik dan mental maupun kerusakan genetik akibat terkontaminasi radiasi.

Efek paparan radiasi nuklir baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mengerikan. Pada tingkat radiasi 100 Rems jumlah limfosit darah berkurang sehingga sistim kekebalan tubuh akan berkurang, korban akan rentan terhadap penyakit. Pada radiasi 200 Rems menimbulkan kerontokan rambut, kerusakan saluran pencernaan, saluran reproduksi. Pada 500 Rems merusak otak, jantung, sel syaraf dan menyebabkan kejang dan kematian mendadak.

Yang tidak terpapar langsung tetapi mengkonsumsi bahan makanan yang terpapar radio aktif akan terkena efek paparannya. Orang yang mengkonsumsi Yodium radioaktif mengalami kerusakan pada kelenjar gondok. Terpapar radioaktif dalam jangka panjang mengalami perubahan genetik yang berpengaruh pada faktor keturunan. Penderita paparan radioaktif di Chernobyl banyak yang menurunkan anak cacat fisik ataupun mental. Mengerikan.

Kita dapat membayangkan, bila PLTN demi PLTN mengalami bencana, tidak ada lagi tempat di bumi ini yang bebas dari kontaminasi radiasi. Manusia di planet bumi kita ini akan terpapar radioaktif dengan akibat yang mengerikan. Bahkan mungkin menjadi manusia dalam bentuk mutant karena mengalami mutasi genetika akibat radiasi. Itu yang masih dapat bertahan hidup, yang tidak, akan musnah. Lalu musnah pulalah peradapan manusia ini. Dan tepatlah bila pada saat ini kita katakan kiamat memang sudah dekat. Kiamat akibat kecerobohan manusia. Kiamat yang dipicu oleh kerakusan manusia untuk memenuhi kebutuhan energi pengganti minyak fosil dengan teknologi nuklir setengah matang tanpa memikirkan kelangsungan hidup generasi manusia selanjutnya.

Kita semua memang tahu bahwa dunia sedang dililit oleh krisis energi karena cadangan energi minyak fosil dunia hampir habis. Menurut Y Paonganan, Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute, energi minyak Indonesia diperkirakan hanya sampai 25 tahun mendatang.7) Sehingga kebutuhan terhadap energi alternatif memang sangat mendesak.

Namun pengembangan teknologi nuklir sebagai solusi krisis energi bukan solusi yang tepat. Walaupun bahan baku Uranium melimpah, tenaga ahli juga sudah banyak, pembangkit energi nuklir atau yang kita kenal sekarang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sangatlah riskan. Sedikit ceroboh saja dalam perencanaan dan pemanfaatannya akan berakibat fatal. Belum ada teknologi di dunia ini yang sanggup mengatasi bencana seperti di Chernobyl maupun Fukushima secara aman. Negara-negara yang mempunyai kemampuan teknologi sangat canggih seperti Rusia, Jepang, bahkan Amerika belum mampu sepenuhnya.

Mungkin dengan teknologi nuklir kebutuhan energi untuk sesaat terpenuhi. Karena untuk energi sebesar 1.000 megawatt, cukup dengan 1 unit reaktor nuklir.8) Tetapi bila terjadi kesalahan teknis, kecerobohan operator atau kecelakaan karena bencana alam, siapa yang menanggung risikonya? Keselamatan ribuan bahkan jutaan jiwa penduduk sekitar reaktor dipertaruhkan. Padahal kita tahu bahwa Indonesia berada pada ring of fire dan patahan-patahan yang sebentar-sebentar berisiko gempa. Sehingga pada saat ini kurang bijaksanalah apabila kita ngotot untuk meneruskan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Untuk membangun PLTN yang tidak berisiko masih memerlukan riset yang sangat panjang. Sehingga sebaiknya kita kesampingkan dulu dan berupaya untuk mencari solusi krisis energy dengan energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan.

Alternatif untuk energi hijau yang terbarukan dan ramah lingkung sebetulnya masih banyak. Air, sinar matahari, angin dan bioenergi tersedia melimpah ruah di bumi Indonesia ini. Dan sekaligus energi yang dihasilkan ramah lingkungan, tidak merusak lapisan ozone dan akan mengurangi pemanasan global.

Energi Air. Pembangkit energi air di darat dapat berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas besar yang dibangun di waduk-waduk maupun pembangkit listrik mikrohidro dengan kapasitas kecil yang dibangun di sungai-sungai dekat pemukiman penduduk. Untuk pengembangan pembangkit listrik mikrohidro dapat dilakukan oleh masyarakat secara swadaya maupun dengan dana dari pemerintah.Pembangkit energi laut dapat berupa pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLPS), pembangkit listrik tenaga panas laut ( PLPL) dan pembangkit listrik tenaga ombak (PLTO).

Energi Surya. Dalam pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sinar matahari diterima oleh panel-panel surya yang dapat membangkitkan listrik, kemudian listrik ini ditampung agar dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Walaupun beaya untuk pembangkit listrik tenaga surya ini masih cukup mahal, untuk ukuran sekarang adalah $ 8 US hingga $ 10 US untuk setiap wattnya, namun dengan berkembangnya teknologi pengolahan pasir kwarsa menjadi lembaran monocrystaline dan polycrystalineI untuk panel surya, di masa mendatang beayanya akan lebih murah. Bahan baku pasir kwarsa sangat melimpah di negeri ini. Tenaga ahli sudah banyak. Tinggal menunggu kemalasan untuk berproduksi sendiri. Cina yang dulu mengimpor panel-panel surya dari Amerika sekarang sudah memproduksi sendiri dengan biaya yang lebih murah. Yang jelas listrik tenaga surya merupakan energi yang tidak ada habisnya, kecuali kiamat.

Energi Angin. Energi angin dapat kita bangun di daerah-daerah pertanian atau pantai yang memiliki banyak angin. Energi angin mikro dapat dipasang di rumah-rumah dengan memasang baling-baling atau turbin angin untuk mengasilkan listrik rumahan yang berskala kecil. Listrik tenaga angin ini dapat digabungkan dengan listrik energi surya.

Bioenergi. Bioenergi dapat berupa biodiesel, bioetanol, atau biogas. Bioenergi dapat diproduksi secara besar-besaran maupun dapat diproduksi dalam skala rumah tangga. Untuk memproduksi bioetanol dengan unit usaha rumah tangga dapat melakukannya dengan teknologi fermentasi dan destilasi dengan peralatan sederhana. Agar tidak mengganggu ketahanan pangan nasional, produksi bioetanol dengan teknologi generasi pertama, dapat diupayakan untuk memilih bahan baku yang bukan bahan pangan. Teknologi bioetanol generasi kedua harus segera dikembangkan. Teknologi ini mampu memproduksi biodiesel atau bioetanol, dari bahan lignoselulosa, seperti jerami, sekam, batang jagung, batang pisang , kertas bekas dan sisa-sisa kayu.

Mikroalga adalah bahan baku dari minyak fosil yang karena proses selama jutaan tahun menjadi minyak fosil yang kita gunakan saat ini. Namun sekarang ada revolusi teknologi untuk memproses mikroalga ini dalam waktu singkat. Teknologi ini akan mengubah mikro alga melalui proses ekstrasi dan esterifikasi menjadi bioenergi. Kita memiliki laut yang sangat luas sehingga potensi pengembangan mikroalga sangat berlimpah. Peneliti- peneliti pengembangan mikroalga menjadi energi seperti Mujizat Kawaroe dari Institute Pertanian Bogor 9) jangan sampai diserobot orang India, Cina, Malaysia atau Singapura.10)

Sebagai penutup, perlu kita tekankan bahwa energi nuklir sebagai pengganti energi fosil bukanlah solusi yang bijak. Energi nuklir masih sangat riskan untuk saat ini. Bencana Chernobyl dan Fukushima merupakan pelajaran berharga bagi kita untuk menyadari bahwa penggunaan energi nuklir masih memerlukan riset panjang untuk menciptakan reaktor tidak berisiko bagi kehidupan manusia. Demi kelangsungan hidup dan peradapan manusia kita perlu mencari solusi bijak dengan mengembangkan teknologi hijau untuk menghasilkan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan seperti energi air, matahari, angin, dan bioenergi.

Agar generasi selanjutnya tidak terjebak dengan solusi yang tidak bijak , arogan, yang dipicu oleh kerakusan dan rela mengorbankan kelangsungan kehidupan manusia, Green Technology minded atau kegandrungan pada teknologi hijau ini harus kita budayakan pada generasi muda kita sejak kanak-kanak, remaja, hingga dewasa, baik melalui pendidikan formal, masyarakat, maupun keluarga. Go Green Forever!

Sumber:

1. http://us.detiknews.com/read/2011/03/21/113040/1597270/159/pltn-energi-besar-risiko-tinggi

2. http://www.antaranews.com/berita/251248/radiasi-nuklir-fukushima-ditemukan-di-jerman

3. http://www.tempointeraktif.com/hg/asia/2011/03/27/brk,20110327-323154,id.html

4. http://www.today.co.id/read/2011/03/20/18331/susu_dan_sayur_bayam_pengungsi_jepang_tercemar_radiasi

5. http://international.okezone.com/read/2011/03/31/413/440932/radiasi-di-laut-jepang-4-385-kali-lebih-tinggi

6. http://en.wikipedia.org/wiki/Chernobyl_disaster

7. http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berita-kemigasan/detil/258056/Ocean-Energy,-Solusi-Krisis-Energi

8. http://equilibrium.fe.ugm.ac.id/Berita-UGM/meski-berisiko-energi-nuklir-tetap-diperlukan.php

9. http://pijartalenta.blogspot.com/2011/01/mikro-alga-sebagai-blue-energy.html

10. http://www.kkp.go.id/index.php/data/c/27/275/bahan-bakar-bernama-mikroalga